Kiat Tukang Becak Antarkan Tiga Anaknya Jadi Sarjana


Rawuh saat menerima penghargaan dari Muhadjir Effendy Mendikbud sebagai orang tua hebat. Foto: Istimewa | 

SURABAYA ,- Rawuh dan Munah suami istri yang tinggal di Jalan Panduk Surabaya telah meraih penghargaan orang tua hebat tingkat nasional dari Kementrian Pendidikan bersama 14 orang tua lainnya, Sabtu (30/7/2016). Penghargaan atas kepedulian mereka yang luar biasa terhadap pendidikan anaknya. Tiga anaknya berhasil menyelesaikan kuliahnya di S1 dengan Indeks Prestasi 3,3.

Rawuh, 64 tahun, adalah seorang tukang becak, sedangkan istrinya pedagang buah kecil-kecilan di depan rumahnya. Rawuh sadar, penghasilannya sebagai tukang becak, tidak akan cukup untuk menyekolahkan anaknya sampai di perguruan tinggi.

Namun Rawuh meyakini prestasi anaknya di bidang akademik akan membuka jalan bagi anaknya untuk mendapatkan beasiswa. Terbukti, tiga anak perempuan Rawuh dan Munah lulus perguruan tinggi dengan biaya beasiswa.

Anis Suharti putri pertamanya merupakan lulusan Fakultas Fisika Universitas Negeri Surabaya, melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), yang oleh masyarakat disebut jalur undangan. Jalur ini tanpa tes, hanya berdasarkan nilai rapor dan angka kelulusan.

Anita Wahyu, putri keempatnya juga lulusan Universitas Negeri Surabaya, masuk lewat jalur UMPTN. Anita mengikuti program sarjana mengajar di daerah tertinggal SM3T di Sumba selama satu tahun, kemudian mendapat beasiswa kembali dari Universitas Negeri Surabaya selama tiga tahun.

Heni Fitria si bungsu setelah lulus di SMA Negeri 14 Surabaya, mendapat beasiswa S1 dari Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya di SEGi College Kuala Lumpur Malaysia jurusan manajemen dan keuangan.

"Berkat bantuan dari Bu Risma, sampai S1-nya selesai Heni tanpa mengeluarkan biaya," katanya.

Heni sempat magang di bagian Humas Pemkot Surabaya sebelum bekerja di perusahaan telekomunikasi di Jalan Ahmad Yani Surabaya.

Metode yang digunakan Rawuh untuk memotivasi anaknya ternyata sederhana. Pertama, disiplin dalam menggunakan waktu untuk belajar dan ibadah. Saat anaknya belajar, Rawuh dan istrinya menunggui dengan sabar meskipun Rawuh sendiri tidak paham apa itu matematika, fisika dan biologi. Saat belajar televisi harus dimatikan. 

"Saya ini SD tidak tamat dan membaca saja blekak blekuk (tidak lancar, red)," kata Rawuh.
Kedisiplinan yang ditanamkan pada anaknya membuahkan hasil yang membanggakan. Tiga anaknya menjadi sarjana.

Muhadjir Effendy Mendikbud mengatakan, para orang tua hebat tersebut berhasil mengantarkan anaknya menjadi sarjana dan doktor di beberapa negara maju. Meskipun hanya sebagai tukang buruh cuci bisa mengantarkan anaknya jadi doktor, menjadi tukang becak tapi bisa antarkan tiga anaknya jadi sarjana.

Kuncinya orang tua hebat mempunyai kepedulian yang cukup tinggi pada pendidikan anaknya. Pendidikan tidak diserahkan bongkoan (seluruhnya, red) pada sekolah, tapi peran dan tanggung jawab orang tua, ikut menentukan berhasil tidaknya anak didik. "15 orang tua hebat itu telah menginspirasi kita semua," kata Mendikbud.(jos/iss/den)
Laporan Jose Asmanu
Editor: Denza Perdana