Aksi Damai Jaringan Masyarakat Peduli Kebhinnekaan



SURABAYA ,- Aksi damai dan pentingnya toleransi dilakukan oleh Jaringan Masyarakat Peduli Kebhinnekaan yang diikuti oleh 30 orang Mahasiswa UnSURI Koorlap sdr. Harun dan Sdr. Zanhaq dalam rangka hari toleransi sedunia di perempatan Jl. Polisi Istimewa Surabaya (17/11).

Dalam orasinya, koorlap menyampaikan, tanggal 16 Nopember 1995 telah ditetapkan PBB sebagai Hari Toleransi Internasional. Di hari toleransi ini, kita saatnya mengajak masyarakat mengakui dan menghargai hak dan keyakinan orang lain serta menyadari betapa ketidak adilan, penindasan, rasisme, diskriminasi, kebencian berbasis agama dan sejenisnya mempunyai dampak sangat buruk bagi kehidupan bersama.

Toleransi sebagai tanggung jawab menegakkan hak asasi manusia, pluralisme, demokrasi dan rule law. Setiap WNI indonesia dilindungi oleh negara, dimana termaktub dalam Konstitusi negara Indonesia maupun dalam instrumen HAM Internasional.

Semboyan bhinneka tunggal ika telah berhasil membangun keberagaman membuktikan bahwa bangsa Indonesia ini cinta damai. Diharapkan di Jatim tidak ada intoleransi, maka dengan ini kita sebagai anak bangsa dapat menjaga keberagaman dan perbedaan demi kejayaan NKRI.

Massa aksi menyanyikan lagu darah juang dan penanda tanganan kain putih sebagai pendukung kebhinnekaan di Indonesia. Selanjutnya massa aksi menyampaikan pernyataan sikap, intinya :

Menyerukan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menghormati segala perbedaan, menghindari tindak kekerasan dan menghapus segala kecurigaan dan kebencian demi terbangunnya kesatuan bangsa.

Mendesak pemerintah untuk berkomitmen menyelenggarakan kehidupan bangsa dan pemerintahan yang benar-benar menghormati perbedaan.

Mendesak pemerintah menghapus berbagai bentuk aturan dan kebijakan yang intoleran dan diskriminatif.

Jaringan Masyarakat Peduli kebhinnekaan Jatim menyatakan berdiri di garis depan untuk melawan praktek intolransi.

Menjadikan hari toleransi sedunia sebagai momentum dan media edukasi bagi seluruh warga dunia dalam mengakui dan menghargai hak serta keyakinan orang lain.

Pengunjuk rasa juga melakukan aksi teatrikal yang menggambarkan intoleransi membawa bencana dan kehancuran masyarakat berbangsa dan bernegara.

[/Dwi-Ang]


http://mediasurabaya.com