Surabaya - Udara di kawasan Cilodong Depok masih terasa segar pagi ini. Matahari masih sepenggalah namun sinarnya menyengat seolah memberi semangat pada siapapun yang terpapar sinarnya.
Yup, begitulah pemandangan pagi itu di Lapangan Tembak Kartika Markas Divisi Infanteri -1 Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Kamis (19/9/2019).
Sejumlah atlet menembak terlihat bersemangat dan konsentrasi penuh melahap porsi latihan hari ini. Masing-masing atlet menatap tajam papan sasaran di depannya, tangan menggenggam erat laras panjang atau pistol, lalu pelatuk ditarik dan…. door….
Dari sekian atlet yang berlatih pagi ini, ada pemandangan tak biasa terlihat di dalam Lapangan Tembak Kartika.
Bukan soal gaya fashion para atlet atau soal senapan yang mereka pakai, tapi terlihat seorang gadis kecil yang juga ikut nimbrung diantara para atlet menembak.
Ia terlihat asyik menikmati suasana latihan hari ini.
Gadis kecil itu memang bukan sedang latihan menembak, ia ikut ibunya yang tengah serius latihan menembak untuk persiapan kejuaran menembak yang digelar dalam waktu dekat.
"Ini Syafira Lateefa Az Zahra, putri kesayangan Saya yang masih berusia 9 bulan," ujar Letda CBA (K) Yuni Caturwati dari Satuan Jasmani Kodam V/Brawijaya yang menjadi atlet menembak senior TNI AD.
"Putri saya ini sudah terbiasa saya bawa ke lapangan tembak semenjak usia 3 bulan, tentu saja itu dilakukan pada saat hanya angkat beban dan latihan kering, atau di luar latihan resmi, ya karena tugas negara mau tidak mau saya harus siap, tentara itu yang penting siap dulu, dan saya yakin semuanya akan bisa berjalan dengan baik," ujar petembak TNI AD sejak tahun 2009 silam.
Bagi Yuni yang sudah menggeluti oleh menembak sejak 10 tahun yang lalu itu, kehadiran anak justru bisa menjadi penyemangat.
"Semakin lama bukan menjadi beban buat saya dengan membawa momongan ke tempat latihan, malah sebaliknya putri saya ini bisa membangkitkan dan menjadi penyemangat yang luar biasa bagi saya," ujarnya.
Untuk menjadi atlet menembak, kata Yuni, perlu waktu yang panjang dan latihan yang keras.
Atlet menembak memerlukan konsentrasi yang tinggi dan harus membiasakan tangannya mengangkat beban berat.
Untuk senjata laras pendek atau pistol memiliki bobot kurang lebih 1,5 Kg dan 3 Kg untuk senjata laras panjang.
"Kalau bagus, dalam jangka waktu enam bulan bisa langsung menembak. Kalau belum ya latihan tangan naik turun sampai satu tahun, biar terbiasa. Nanti baru ada evaluasi," bebernya.
Menurutnya, pada fase ini atlet harus bertahan dan berusaha sabar untuk memerangi rasa bosan yang sering membayangi.
Tak sedikit atlet merasa bosan dalam fase latihan ini, karena yang dilakukan hanya mengayunkan tangan ke atas dan ke bawah dengan memegang barble atau alat pemberat lainnya.
"Kalau sudah menembak, memang berasa seperti sniper. Tapi kalau belum, ada fasenya bosan," ujarnya.
Selama berkarier dalam olahraga menembak, tak kurang dari 30 medali sudah dikantonginya, terdiri dari medali emas, perak dan perunggu baik perorangan maupun team, mulai dari tingkat TNI AD hingga mewakili Indonesia di event Asia Tenggara sebagai atlet AARM.
Pada Agustus 2019 kemarin dalam Kejurnas se-Indonesia dan Indonesia Open yang diikuti 20 negara, Yuni mendapatkan tiga emas dan dua perak untuk kelas sport pistol women dan air pistol women.
Saat ini, Yuni sedang fokus berlatih untuk mengikuti Olimpiade Militer Dunia di China pada pertengahan Oktober 2019 mendatang.
Yuni mengaku bangga diberi kesempatan bisa ikut andil dalam pagelaran kejuaraan militer sedunia tersebut.
"Ya saya sadar tidak mudah untuk mengalahkan atlet lain, apalagi saingannya dari seluruh dunia. Tapi saya akan berusaha berbuat yang terbaik buat Indonesia.
"Semoga saya dapat mempersembahkan medali emas di sana untuk Indonesia," harap Yuni.
Tak lupa Yuni juga memohon doa dan restu kepada seluruh rakyat Indonesia, khususnya mulai dari pimpinan dan semua personel TNI/TNI AD agar sukses dan mencetak prestasi gemilang dalam mengikuti event-event yang akan dihadapi mendatang.
Post a Comment