mediasurabaya.com ,- Orasi Kebangsaan dalam rangka Pra Haul Gus Dur Ke-7 dilaksanakan di Outdoor Masjid Muhammad Cheng Hoo Jl. Gading No. 2 Surabaya. Sebagai pembicaara KH. DR. Sholahuddin Wahid (Gus Solah) dan Inayah Wahid (Putri Gus Dur), diikuti sekira 150 Orang dengan dipimpin oleh Sdr. Syaifurarrijal QZ. SE.(Alumni PP Tebu Ireng), Jumat 09/12/2016.
Pembukaan dimulai pada pukul 18.15 WIB, selanjutnya Pra Haul bersama diawali dengan mendengarkan hadrah sholawat Nabi Muhammad SAW oleh Hadrah Al-Banjari Ikapete (Ikatan Alumni Pesantren Tebu Ireng). Ditampilkan pula penampilan dari pencak silat Pagar Nusa, dan dilanjutkan Sholat Isya' bersama.
Kemudian dilakukan pembacaan Yasiin, Tahlil dan doa yang dipimpin oleh KH. Saiful Rijal (Ketua Ikapete), serta pembacaan ayat suci Al Qur'an oleh Hj . Ulfah.
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya juga berkumandang dan dilanjutkan Mars Masjid Muhammad Cheng Hoo oleh Paduan Suara Masjid Muhammad Cheng Hoo pimpinan atau pembina Ibu Dahlan Iskan.
Disampaikan oleh Ketua Panitia H. Roisuddin Bakri , S.Ag, M.Si., menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua tamu undangan dan semua pihak yang mendukung terselenggaranya acara ini. Kegiatan ini murni religi untuk menyatukan bangsa dan menjaga Kebhinnekaan serta kegiatan sosial.
H.M Nurawi Ketua Yayasan Masjid Cheng Hoo, melanjutkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di Masjid Muhammad Cheng Hoo merupakan bentuk kerukunan antar golongan yang ada di Indonesia khususnya di Surabaya serta menunjukkan pada masyarakat umum eksistensinya bukan untuk satu golongan tapi untuk semua golongan. Sampai saat ini ada 14 masjid Cheng Hoo yang tersebar di Indonesia yang merupakan bagian dari syiar agama Islam.
Di sela acara, dilakukan penempatan lukisan gambar Gus Dur untuk dilelang karya Cak Rozi Alumni PP Tebu Ireng.
Jianlong Imam Besar Masjid Nan Ching, RRT dalam kesempatan ini menyampaikan bahwa kedatangan saya di sini untuk menghadiri peresmian salah satu pondok pesantren di banyuwangi.
Dan sekaligus Haul Gus Dur yang ke 7 dan senang serta bangga sekali di sini melihat berbagai elemen masyarakat saling menghargai antar umat dan sebagai umat Islam, semoga Gus Dur mendapat tempat di sisi Allah SWT.
Sebagai sesama umat Islam kami mendoakan agar umat muslim Indonesia terhindar dari bencana.
Pendiri Yayasan Masjid Cheng Hoo Bambang S, menambahkan bahwa Masjid Muhammad Cheng Hoo didirikan bukan hanya oleh orang Islam Tionghoa saja tetapi dibangun oleh semua elemen masyarakat baik muslim maupun non muslim. Dengan pembangunan Masjid Muhammad Cheng Hoo yang ada dan tersebar di Indonesia secara bergotong royong bersama elemen bangsa menunjukan indahnya kebersamaan dan Ukhuwah Islam yang harus kita jaga.
Pelaksanaan lelang 5 buah lukisan gambar Gus Dur karya Cak Rozi Alumni PP Tebu Ireng, hasil dari lelang akan disumbangkan untuk Haul Gus Dur.
1. Gus Dur 2 juta
2. Gus Dur menembus batas 10 juta
3. Gusdur yang selalu mewarnai 3 juta
4. Samudra Gus Dur
5. Gus Dur yang membaur.
Orasi Kebangsaan dengan moderator Prof. Dr. H. Sahid HM., M.Ag. dengan Narasumber KH. DR. Sholahuddin Wahid.
Orasi atau penyampaian pendapat oleh KH. DR. Sholahuddin Wahid, dari awal bangsa ini berdiri sudah terdiri dari berbagai macam suku dan agama, agama pertama yang masuk adalah Budha, Hindu, Kristen yang dibawa oleh Belanda dalam masa penjajahan.
Kemudian Islam yang disiarkan oleh para pedagang dari Arab disebarkan oleh para wali. Sumpah Pemuda merupakan bentuk kebulatan tekad para pemuda yang mewakili keaneka ragaman suku bangsa dan bahasa menjadi satu yaitu Bangsa Indonesia tetapi bangsa Indonesia belum terbentuk.
Dalam pembentukan negara para tokoh pendiri bangsa memahami keaneka ragaman, serta pluralisme bangsa dengan menetapkan dasar negara adalah pancasila dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yang mewadahi semua keaneka ragaman yang ada di negara Indonesia.
Bagaimanapun Gus Dur adalah anak biologis dan ideologis kaum santri tulen. Ayah, Ibu, dan Kakeknya adalah pemimpin organisasi Islam tradisional terbesar di Indonesia. Mereka lahir dan dewasa dalam lingkungan pesantren, yang sangat kental dengan ajaran agama yang ketat.
Meski begitu, Gus Dur dan ayahnya, KH. Wahid Hasyim adalah sosok pembaharu dalam tradisi pesantren dan menguasai khazanah pemikiran Islam klasik dan modern, serta memahami pemikiran Barat. Hingga wafat, Gus Dur juga selalu mengikuti perkembangan dunia kontemporer.
Bentuk toleransi kita kepada agama lain jangan ikut campur dalam urusan agama lain yang tidak kita pahami. Semua ajaran atau tuntunan agama akan berlaku mengikat apabila disahkan oleh negara dalam bentuk UU dengan contoh UU Perkawinan.
Orasi atau penyampaian pendapat oleh Inayah Wahid Putri Gus Dur, saat ini kita harus fokus pada penegakan hukum, kemanusiaan dan sebagainya bukan hanya bertumpu pada pluralisme semata yang membuat kita tidak maju dalam pemikiran.
Gus Dur dalam mendidik anak-anaknya. Menurutnya, seluruh anak Gus Dur diperlakukan sama. Gus Dur juga tidak pernah memaksakan keinginannya hanya memberikan contoh kepada anak anaknya.
Sehingga apa yang sudah dilihat dapat dilakukan oleh kami dan Demokrasi sudah diajarkan oleh Gus Dur sejak dalam keluarga serta gambaran umum, setelah itu anaknya sendiri yang akan memilih.
Semasa hidupnya Gus Dur memang getol membela kelompok minoritas, salah satunya adalah golongan Tionghoa, Namun sebenarnya bukan pluralismenya, melainkan kemanusiaan dan kelompok minoritas lainnya.
Gus Dur bukan hanya milik warga nahdliyin. Gus Dur sudah menjadi Bapak Bangsa, sehingga seluruh komponen bangsa ini ikut memilikinya.
Kesimpulan yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Sahid HM M.Ag., dari keseluruhan sambutan serta orasi yang telah disampaikan oleh Narasumber, yaitu :
Bahwa gerakan membangun pluralisme yang telah ditorehkan oleh almarhum Gus Dur terhadap kemajuan bangsa Indonesia yang meliputi berbagai aspek, baik dari sisi budaya, etnis dan agama yang bisa disatukan dan dimunculkan titik temunya yang mana tafsiran-tafsiran bisa ditemukan dalam kehidupan nyata.
Dalam konteks kebangsaan yang tidak mengenal etnis maupun suku bangsa, yang mana juga merupakan implementasi dari arti sebuah kebhinnekaan yang sesungguhnya. Dengan istilah pluralisme saling menghargai perbedaan dan kemajemukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Wajib bagi kita untuk bisa menjaga Kebhinekaan agar toleransi dalam kehidupan berbangsa tetap terjaga.
Orasi Kebangsaan dalam rangka Pra Haul Gus Dur ke 7 dihadiri pula oleh Konjen atau yang mewakili, terdiri dari Konjen Amerika Surabaya, Konjen Jepang Surabaya, Konjen RRT Surabaya (Gu Jingqi), serta para pendiri Masjid Muhammad Cheng Hoo.
[/Dik]