Harmoni Budaya Sunda Jawa di Hotel Bumi Surabaya


mediasurabaya.com ,SURABAYA - Ratusan Orang terdiri dari Perwakilan Pemda (Pemerintah Daerah) Jatim (Jawa Timur), Jabar (Jawa Barat), Walikota, TNI, Polri dan Seniman se-Jawa Timur, ikut ambil bagian dalam Harmoni Budaya Sunda Jawa, dengan mengusung tema "Launching Nama Jalan Prabu Siliwangi dan Jalan Pasundan di Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur", dilaksanakan di lantai 2 Hotel Bumi Surabaya Jl. Basuki Rahmad Surabaya, Selasa (06/03/2018) pagi.

Dalam sambutannya, Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo, SH. M.Hum, mengatakan, dengan adanya acara ini maka kisah masa lalu,  permusuhan yang berdasarkan sejarah selesai pada hari ini, yaitu permusuhan antara Majapahit dan Pajajaran (Jawa Barat). Kurang lebih 370 tahun permusuhan itu dinamakan perang bubat, sehingga menimbulkan peristiwa yang terbawa hingga saat ini, di Jawa Barat tidak ada Jl.  Gajah Mada.

Dengan adanya Harmoni Budaya Sunda Jawa dan berkumpulnya Bapak-Bapak dari Pemerintah, TNI, Polri dan para seniman, kami harapkan dapat menyaring dan memperbaharui sesuatu yang kurang baik. Penting bagi penerus bangsa ini mempunyai Komitmen, bahwa masa lampau adalah sebagai bahan pelajaran menuju masa depan menjadi inspirasi bagi semua.

Gubernur Jawa Barat Dr. (H.C) H. Ahmad Heriawan, L.Sc. M.Si., menambahkan dalam sambutannya, sepakat dengan Gubernur Jatim. Dengan adanya acara ini, maka permasalahan Jawa Sunda Selesai pada hari ini, dan masalah besar ke depan di Indonesia akan selesai dengan baik. Jaman dahulu, tidaklah jaman IT,  mungkin saja dahulu ada pihak ke tiga yang memanfaatkan situasi dan memperkeruh keadaan, namun sekarang jaman sudah berubah dan segala sesuatu dapat di pastikan dengan cepat.

Ke depan mari kita kirim delegasi dan merubah sesuatu yang bisa mengingatkan permusuhan Jawa Sunda, karena dalam kidung Sunda Mahayana masih ada kata-kata yang kurang baik, delegasi ke depan akan dibicarakan agar masalah bisa diselesaikan. Ke depan mungkin akan ada hal yang pertama, mungkin akan diawali dengan nama,  di Jawa Barat akan muncul nama Jl. Mahapahit.

Selesai sambutan dilanjutkan dengan orasi kebudayaan oleh Sri Sultan Hamangku Buono X, mari kita hilangkan sekat-sekat, karena sekarang kita telah menjadi Indonesia. Dalam konteks Sunda Jawa, Kidung Sunda dan Kidung Sundayana yang menulis adalah orang Belanda, jadi kita yang hidup di masa kini, harus benar-benar kritis. Sumber mengenai perang bubat, dan bukti naskah sangatlah sedikit dan diragukan keakuratannya, atau sumber data primer. Karena itu rencana ke depan di Jatim ada nama Jl. Sunda /Siliwangi, dan di Jawa Barat akan ada nama Jl. Majapahit/Gajah Mada.

Pada kesempatan ini juga disampaikan materi sumber dan gagasan dari narasumber, mengenai dengan kisah masa lalu,  bahwa nenek moyang kita sangatlah pintar, karena segala sesuatu yang terjadi masa lalu telah meninggalkan peta, baik dalam bentuk serat, patung atau dalam lukisan relief dan macam macam lainya. Walaupun saat ini sangat minim jumlahnya (rusak karena alam atau sengaja di rusak).

Mengenai dengan perang bubat, banyak juga yang terserat bahwa masalah perang bubat sudah tidak ada masalah, karena semua yang terjadi sudah kehendak yang maha kuasa. Salah satu ilmu yang mempelajari masa lalu lebih condong kebenaran apabila mengacu pada ilmu sastra budaya, karena didalamnya akan mengambil dari sejarah dan cerita,  maka akan mengkrucut mendekati kebenaran, termasuk apabila ingin mengerti tentang perang bubat. Apabila kita mempelajari apa yang terjadi di Nusantara sampai Indonesia, banyak sekali yang menggambarkan, bahwa kita semua sangatlah mudah terpengaruh dan diadu domba.

Didalam cerita Parahyangan intinya ada kekecewaan diantara Sunda dan Jawa, sehingga yang paling menjadi misteri Prabu Majapahit sangatlah menyesal, sehingga di Mojokerto sampai saat ini ada nama Trowulan. Dalam Negara Kertagama, Parahyangan, Sotasoma, Pararaton, dan tentang leluhur Jawa dan sunda semua bisa satu sumber, sehingga mengenai perang Bubat bisa saja dibikin atau bisa direncanakan oleh orang yang berkepentingan.

Dari 32 silsilah tanah sunda, hanya kisah Parahyangan, Perjalanan, Kabuyutan Galunggung yang ada indikasi berselisih dengan Jawa,  karena itu kita tidak usah memutus masa lalu, namun kita kemas sebagai pelajaran untuk masa depan. Apa yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur, Gubernur Jawa Barat dan Siniwon Hamangkubuwono X adalah perjalanan mengamalkan Pancasila.

Dilanjutkan pertanyaan dan saran mengenai perang bubat dan nama jalan, bahwa mengenai dengan strategi perang yang dituliskan dalam serat-serat Jawa Sunda sudah sangat baik, dan dapat menjadi pelajaran bagi TNI.

Mengenai jalan yang akan digunakan di Surabaya, apakah tidak akan menghilangkan salah satu jalan yang telah ada, karena nama jalan adalah simbol apa yang telah terjadi di masa lalu. Yang terjadi di Jawa Barat, tidak ada nama jalan Gajah Mada, ataupun Hayam Wuruk, apabila ke depan bisa tercapai di Jawa Barat, maka akan bener-benar mengamalkan Pancasila. Diharapkan, agar kegiatan ceremony ini jangan sampai berhenti di sini, namun agar benar-benar ditindak lanjuti ke depan.

Menanggapi hal ini Dr. Soekarwo dan Narasumber memberikan jawaban, bahwa nama jalan ini tidak akan menghilangkan nama yang telah ada, namun malah akan dihubungkan dengan cara mengurangi atau menaruh nama yang baru, dengan cara mengambil berapa kilo saja, Itu pun yang masih ada hubungan kisahnya.

Dari Kodam V/Brawijaya sampai saat ini juga masih menghargai Majapahit, sehingga pada waktu tertentu dari Kodam V/Brawijaya berkumpul di Trowulan. Banyak sekali rekayasa bagi orang-orang yang punya kepentingan, karena itu Indonesia harus bersatu, budaya harus dijaga nilai nilainya. Setelah acara ini, marilah kita semua bersama-sama untuk menciptakan hal yang positif.

Acara ini dihadiri, diantaranya meliputi Dr. H. Soekarwo, SH. M.Hum. (Gubernur Jatim), Dr. (H.C) H. Ahmad Heriawan, L.Sc. M.Si (Gubernur Jawa Barat), Mayjen TNI. Arif Rahman (Pangdam V/Brawijaya), Brigjen Pol. Awan Samodra (Wakapolda Jatim), Sri Sultan Hamangku Buono X, Danrem 081 s/d 084, Walikota se-Jawa Timur, Kapolres dan Dandim se-Jawa Timur, Prof. Agus (Narasumber), Prof Haryono (Narasumber), Prof. Aminudin Kasdi (Narasumber), Perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Perwakilan seniman dan Budayawan Jatim, serta Jabar.

[/Dik]