Di pegunungan lereng Bromo yang relatif dingin pada ketinggian lebih 1000 m, pada saat musim tertentu menjadi sangat luar biasa dingin dan rasanya menusuk sampai ke tulang sumsum. Namun rasa dingin itu seakan sirna dengan pemandangan alam yang begitu indah dan hamparan tanaman kopi arabika nan luas dihiasi mutiara merah makin menambah keasrian dan kecantikan alam lereng gunung Bromo tepatnya di Desa Taji Kecamatan Jabung Kabupaten Malang.
Hal itu mungkin hanya menjadi sebuah cerita tanpa adanya tangan-tangan terampil petani kopi yang dipelopori oleh seorang Babinsa Koramil Jabung yang bernama Sersan Satu Heri Purnomo anggota Koramil 0818/23 Jabung. Babinsa tersebut seolah menjadi magnet dan Pioneer bagi masyarakat Desa Taji untuk bersemangat kembali menanam kopi, setelah sekian lama masyarakat tidak tertarik menanam kopi dan lebih memilih bekerja di Kota, sehingga lahan kopi menjadi terbengkalai dan hampir punah. Hal tersebut terjadi dikarenakan tidak adanya transfer ilmu/teknologi dari orang tua mereka kepada generasi muda penerusnya sehingga mereka tidak cukup bekal untuk mengembangkan tanaman kopi, dan puncaknya mulai awal tahun 90-an masyarakat mulai beralih ke tanaman sayuran dan singkong, dengan cara menebang sebagian pohon kopi dan diganti dengan tanaman sayuran. Imbas dari hal tersebut tanah menjadi tidak subur dan mudah longsor dikarenakan tidak ada tumbuhan yang mampu mengikat air hujan. Mereka tidak sadar bahwa era tahun 70-an masyarakat Desa Taji terkenal sebagai penghasil kopi berkualitas dengan cita rasa khas yang banyak digemari konsumen. Kopi Desa Taji saat itu menjadi sangat terkenal
Menjelang tahun 2010 lahan hijau tertanam sayuran menjadikan satu satunya harapan yang tersisa bagi warga sekitar. pola pikir yang menginginkan mendapatkan tanam cepat dan hasil yang dapat dinikmati dalam waktu dekat merupakan hal terberat yang harus dirubah dikarenakan lokasi tersebut termasuk lahan konservasi. keadaan SDM wilayah yang sangat sulit dirubah apalagi dalam pelestarian dan pengolahan tanah yang belum mengarah untuk tujuan menghalau longsor, bila musim hujan datang baru terjadi penyesalan, gagalnya panen sayuran, belum lagi masalah jika musim kemarau, sulitnya air menjadikan banyak lahan mengalami kekeringan
Berlatar belakang hal itulah Babinsa Sertu Heri pada awal tahun 2011 tepatnya bulan Januari Sertu Heri mulai merintis bertanam kopi. Dengan semangat ingin mengembalikan kejayaan kopi Taji, serta mencegah terjadinya bencana alam yang dapat mengancam Desa Taji akibat adanya lahan gundul yang tidak ditanami, karena tanaman kopi terkenal memiliki akar yang kuat sehingga dapat mencegah terjadinya erosi atau longsor.
Pada awalnya hal tersebut tidak mudah dilakukan oleh Sertu Heri sebagai Babinsa Desa Taji untuk mengajak masyarakat kembali menanam kopi, mereka cenderung enggan dan lebih memilih mencari pekerjaan di Kota dan tidak jarang mendapat penolakan dari warga, tetapi hal tersebut bukan merupakan suatu halangan namun seakan menjadi dopping penyemangat bagi Sertu Heri untuk membuktikan bahwasanya bertanam kopi lebih memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan dapat menghindarkan dari bencana alam tanah longsor. Berkat keuletan, ketelatenan yang luar biasa secara lambat laun Sertu Heri mulai merintis dan mengolah lahan yang sudah mulai gundul untuk ditanami kembali dengan tanaman kopi. Saat itu dia bekerja sendiri dan hanya dibantu beberapa orang, hal tersebut tidak membuatnya kendor, tetapi justru menambah semangat untuk mampu membuktikan kepada masyarakat. Dan syukur Alhamdulillah pada tahun 2014 usaha Sertu Heri mulai menampakan hasil dan tahun 2015 mencapai hasil yang sangat bagus, sehingga pada tahun 2016 mulai didatangi kelompok tani dan masyarakat dan mulai belajar kepada Sertu Heri, dan puncaknya pada 15 September 2016 Perhutani maupun Dinas Pertanian dan Perkebunan menyaksikan langsung kebangkitan Jawa Kopi di Jabung.
Mulai saat itu masyarakat Desa Taji mulai memiliki niat yang kuat untuk mengikuti jejak Sertu Heri Purnomo, dan sebagai Babinsa dengan sabar dan telaten membimbing kelompok tani yang ada di wilayah Jabung untuk kembali menanam kopi, dan saat ini masyarakat Jabung secara umum dan khususnya di Desa Taji telah menyusul saudara-saudaranya di Kec. Sumbermanjing, Ampel Gading, Tirtoyudo dan Dampit sebagai petani kopi. Keempat Kecamatan tersebut saat ini dikenal sebagai pusat kopi Amstirdam dan sebagai tempat penghasil kopi berkelas dunia. Dengan manajemen tanam yang baik dan dorongan, bimbingan dari Babinsa saat ini masyarakat Desa Taji telah menemukan jati dirinya sebagai petani kopi sejati. Kopi Babinsa adalah bukti konkret peran Babinsa sebagai Pioneer mengatasi kesulitan rakyat.
Sertu Heri Purnomo adalah sosok Babinsa yang seakan mempunyai kreativitas atau inovasi tidak ada matinya, terbukti dia mampu mengolah kulit kopi menjadi minuman herbal yang dikenal dengan minuman teh Cascara yang memiliki khasiat sebagai pencahar untuk sembelit, serta pengobatan untuk batu empedu, penyakit liver, dan kanker.
Cara produksi teh dari kulit buah kopi ini, cukup sederhana. Buah kopi yang telah dikeringkan selama beberapa hari di bawah sinar matahari langsung kemudian dipisahkan antara buah kopi dan kulitnya dengan menggunakan mesin.
Dengan memiliki motivasi niat bekerja berani, tulus dan iklas sesuai slogan yang diperintahkan Panglima TNI. Babinsa tidak perlu lagi mengorbankan salah satu hal antara tugas dan hidup bermasyarakat. Dengan mempunyai komitmen Disiplin kerja, mematuhi aturan serta mau berinvestasi tenaga dan waktu di sela sela kedinasan, Babinsa akan tumbuh berkembang dan menjadi tauladan di masyarakat secara alami, karena tanpa kita sadari akan tergali potensi diri yang bisa menjadikan contoh perubahan bagi kehidupan orang lain ke arah yang lebih baik. Hal itulah yang telah dilakukan dan dibuktikan oleh seorang Babinsa Sertu Heri Purnomo.
Secara umum mayoritas petani sekarang akan mengikuti dan mencontoh keberhasilan sosok yang dilihatnya. Budaya meniru dan mencontoh keberhasilan orang lain adalah sesuatu hal yang sering dilakukan, tapi prestasi menciptakan suatu gagasan dan dituangkan dalam bentuk nyata membutuhkan Personil Jagoan yang mampu mendongkrak situasi yang tidak bersahabat menjadi suatu cipta kondisi yang bisa dinikmati diri sendiri bahkan orang lain. Sampai detik ini tahun 2018, lebih dari 50.000 pohon kopi sudah tertanam berkat sentuhan tangan sang Babinsa Jagoan dan suatu Prestasi yang sangat patut diacungi jempol karena 50.000 pohon kopi milik warga sudah berjajar mengikuti di kiri kanan sepanjang jalan sejauh mata memandang. Dan sudah terciptanya "Kopi Babinsa Lereng Bromo".java Coffee yang berkualitas dunia.
Post a Comment