Pertama Kali, Orang RI Pimpin Pertemuan Bank Dunia-IMF


Foto: Agung Pambudhy

Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro akan berangkat ke Washington D.C., Amerika Serikat, untuk menghadiri rangkaian Pertemuan Musim Semi Bank Dunia / Dana Moneter Internasional (the IMF-World Bank Spring Meetings) dalam sepekan ke depan. 

Selain mewakili delegasi Indonesia, Bambang juga akan memimpin pertemuan Development Committee (DC) disebut juga Joint Ministerial Committee on the Boards of Governors of the Bank and the Fund on the Transfer of Real Resources to Developing Countries dan pertemuan International Monetary and Financial Committee (IMFC).

Bambang merupakan Ketua DC yang terpilih pada September 2015 lalu.  Ia pun menjadi orang pertama Indonesia yang akan menjalani tugas selama dua tahun ke depan tersebut.

"Saya akan memimpin pertemuan pada kegiatan utama tersebut," ungkap Bambang dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (11/4/2016).

Spring Meetings ini adalah Pertemuan Dewan Gubernur (umumnya dijabat oleh Menteri Keuangan/Menteri Ekonomi dan Gubernur Bank Sentral) negara-negara anggota IMF dan Bank Dunia yang diselenggarakan di Kantor Pusat IMF/Bank Dunia pada minggu kedua bulan April (musim semi) setiap tahunnya. 

Pertemuan ini juga dihadiri oleh berbagai lembaga dan organisasi keuangan internasional lain, media massa, serta organisasi-organisasi non-pemerintah, akademisi dan juga sektor swasta. 

Bambang menjelaskan agenda pertemuan Development Committee pada musim semi tahun 2016 ini adalah Forced Displacement and Development. Isu forced displacement ini tengah mengemuka dan menjadi perhatian tinggi lembaga-lembaga internasional seperti PBB karena merupakan isu krusial kemanusiaan terkait persoalan migrasi dan pengungsi akibat konflik.

Perkembangan terakhir masalah ini telah mempengaruhi pembangunan ekonomi dunia dalam jangka pendek. Jika tidak ditangani secara baik dan tepat, keberadaan pengungsi dapat menjadi pemicu krisis ekonomi dan konflik sosial dalam jangka panjang khususnya di negara-negara yang menjadi tujuan migrasi para pengungsi.

"Ini memang tengah menjadi isu global karena menimbulkan permasalahan yang harus dicarikan solusinya," terang Bambang.

Di sela-sela kegiatan tersebut juga akan berlangsung pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20, yakni pada tanggal 13-14 April. Pertemuan G20 kali ini menjadi momentum penting pembahasan berbagai  isu perekonomian global, khususnya perlambatan pertumbuhan dan rendahnya harga-harga komoditas global yang telah memberikan dampak kepada sektor riil, terutama kepada sektor ketenagakerjaan akibat berkurangnya investasi di bidang industri komoditas dan juga mempengaruhi sektor keuangan dan perbankan.

Agenda Pertemuan G20 yang juga cukup penting adalah pembahasan kerja sama memerangi kejahatan perpajakan antar negara (cross-border tax crimes). Dalam hal ini akan dibahas progress implementasi base erosion and profit shifting (BEPS) serta automatic exchange of tax information in financial sector (AEOI). Kedua inisiatif G20 tersebut sangat penting dalam memerangi upaya penggelapan dan penghindaran pajak oleh banyak perusahaan multinasional dan individiual memanfaatkan tax haven countries dan celah hukum di instrumen keuangan oleh pusat keuangan global.

"Isu terkait dengan Panama Papers juga akan menjadi pembahasan menarik bagi kita, karena melibatkan banyak nama penting," ujarnya. [ detik.com ]


(mkl/hns)