Ingin Buktikan Islam Agama Ramah, NU Gelar Ekspedisi Islam Nusantara



Rombongan Ekspedisi Islam Nusantara selama sepekan ini akan berada di Jawa Timur untuk melacak sejarah Islam di Indonesia. Di Jawa Timur, tim ekspedisi akan menyambangi tempat-tempat bersejarah yang ada.

Imam Pituduh koordinator tim ekspedisi Islam nusantara, ketika berada di Grahadi, Kamis (14/4/2016) mengatakan, ekspedisi Islam Nusantara kali ini akan merekam seluruh jejak Islam di Nusantara mulai Aceh hingga Papua.

Ekspedisi ini, kata Pituduh, ingin melakukan napak tilas dan merekam secara utuh sejarah Islam versi Nahdlatul Ulama (NU) dan bukan versi kolonial seperti yang selama ini menghiasi buku-buku sejarah di Indonesia.

Ekspedisi Islam Nusantara kali ini dimulai sejak 31 Maret 2016 dan akan berakhir hingga 9 Juni 2016.

Selain mendatangi pelaku sejarah dan tempat-tempat sejarah Islam, dalam perjalannya kali ini, tim ekspedisi Islam Nusantara juga melakukan perekaman guna membuat film dokumenter.

"Ekspedisi Islam Nusantara digelar untuk menunjukkan sejarah hakiki Islam di Indonesia, yaitu Islam Nusantara, sebuah Islam yang berbeda dengan Islam Arabia," kata Imam Pituduh.

Imam Pituduh yang juga sebagai Wakil Sekjen PBNU ini mengatakan, Islam Nusantara adalah Islam yang tidak punya watak kekerasan, apalagi radikal, serta merugikan peradaban.

Keberadaan Islam Nusantara justru untuk menyangga peradaban itu sendiri. Imam Pitudu lantas mencontohkan, hasil ekspedisi yang dilakukan di bekas kerajaan Demak Bintoro membuktikan, Majapahit dan Demak Bintoro ternyata selalu bersahabat, sejarah yang selama ini menyebutkan jika Raden Patah memberontak ternyata salah karena yang berontak adalah Gerindra Wardana bukan Raden Patah.

Sekadar diketahui, ekspedisi Islam Nusantara merupakan sebuah ekspedisi sejarah untuk merekam jejak islam yang digelar oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Ekspedisi ini ingin membuktikan jika Islam Nusantara adalah Islam yang cinta damai dan benar-benar Islam yang menjadi penyejuk bagi semuanya. 

Sampai saat ini sudah sembilan daerah di tiga provinsi yang dilewati tim ini yaitu Cirebon, Semarang, Demak, Kudus, Rembang, Tuban, Lamongan, Gresik, dan Surabaya.

Perjalanan berikutnya, tim menuju Lumajang, Jombang, Mojokerto, Kediri, Nganjuk, Yogyakarta, Tasikmalaya dan Serang.

Kemudian beralih ke Pulau Sumatera (Aceh, Medan, Langkat, Siak, Indragiri, Pariaman, Padangpanjang, Palembang), Pulau Kalimantan (Kutaikartanegara dan Banjarmasin), Pulau Sulawesi (Makassar, Gowa, Gorontalo, Manado), Maluku (Ternate dan Tidore), Nusa Tanggara Barat (Lombok), serta perjalanan terakhir ke Indonesia paling timur, yaitu Papua (Sorong dan Raja Ampat).

Di tempat-tempat yang dikunjungi, tim akan membidik persoalan toleransi dan akulturasi budaya, kebhinekaan dan solidaritas sosial, kemandirian ekonomi, kesehatan dan keberlanjutan kehidupan, sufisme dan kepercayaan lokal. suarasurabaya.net

(fik/dwi)