Di Asahan, Sawit Tak Produktif Diganti dengan Singkong


Jakarta - Tanaman kelapa sawit yang sudah berumur lebih dari 20 tahun ke atas banyak diganti dengan budidaya singkong (ubi kayu). Selain lebih menjanjikan, situasi di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara juga cocok bagi petani dengan lahan mulai dari 5 hektare (ha) hingga 30 ha.

Menurut Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Suharyo Husen di Jakarta, Mingggu (15/5) malam, budidaya singkong lebih mudah dan pasarnya lebih terjamin. Apalagi, di Asahan sudah ada pabrik tapioka untuk menampung singkong dan mengolahnya.

“Kami baru ulang dari Asahan, potensi singkong masih terbuka di kawasan tersebut. Kelapa sawit yang sudah tidak produktif diganti dengan singkong yang jauh lebih menguntungkan,” kata Suharyo.

Pekan lalu, Dewan Pimpinan Nasional (DPN) MSI menghadiri seminar yang digelar MSI Kabupaten Asahan bekerja sama dengan Pemkab Asahan yang diikuti sekitar 200 peserta.

Suharyo menjelaskan, dari pengakuan beberapa petani dan kelompok petani singkong yang ditemui MSI, penghasilan petani bisa mencapai Rp 15-20 juta/ha. Dengan demikian, untuk setiap petani bisa memperoleh penghasilan Rp 2- 5 juta/bulan sesuai dengan luasan lahan yang ditanami singkong.

Penghasilan itu tergantung pada produktivitas benih dan luasan lahan yang digunakan.
Dia menjelaskan, sejak lima tahun lalu para petani singkong sudah menjadikan singkong sebagai tanaman usaha tani utama. Sistem budi daya pun lebih baik dan maju, seperti pengolahan lahan dengan traktor. “Semula hand tractor, kemudian mulai 2014 memakai traktor roda empat,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Suharyo, para petani juga menggunakan pupuk kandang sehingga produktivitas bisa mencapai 50 ton/ha dengan bibit unggul UJ 5 dan Manggu. Bahkan, dua tahun terakhir sudah ada yang menanam bibit singkong Gajah dari Kalimantan Timur.

Heri Soba/HS

 [ beritasatu.com ]